gaji Bulan Ke-2 Arnol
Bulan September sudah lewat, hari yg ditunggu-tunggu seorang karyawan. Termasuk Arnol Panggabean. Seorang keryawan disalah satu perusahaan Startup di Jogja, yg telah bekerja disana selama 2 bulan.
2 Oktober.
"Mak, gaji bulan ini udah turun". ungkap Arnol kepada emaknya.
"Alamdulillah, berapa?" tanya emak.
"Belum tahu mak, ini baru aja di SMS sama Sekertaris Bos, semoga aja bonusnya lebih" jawab Arnol kepada emaknya.
3 Oktober.
Esok harinya, Arnol menuju ATM untuk mengecek gaji, dan mengambil uang secukupnya. Setelah melihat saldo di ATM, dia segera membuka kalkulator melalui HP untuk menghitung besar gaji yg dia terima.
Setelah mengetahui besar gaji bulan ke-2, dia merasa --sedikit-- kecewa, karena --kenapa-- gajinya 'PAS' minimal yg telah ditetapkan perusahaan.
Dalam benaknya, dia mulai meragukan yg namanya bonus 'kedisiplinan' dan 'performa' sebesar 10% dari gaju utama.
Sore Hari.
Sepulang dari ATM, dia merenung sejenak didekat masjid menunggu Magrib, sambil menghisap rokok yg dia 'ecer' saat perjalanan pulang.
"Aku berangkat pagi".
"Aku berangkat lebih awal dari --semua-- karyawan disana".
"Membuka kantor di pagi hari".
"Performaku diperusahaan cukup baik, juga ber-tangungjawab pada jabatan yg ku ampu".
"Aku membersihkan kantor. Melakukan piket yg sudah dijadwal".
"Aku menyapu kantor dalam interval 3-5 hari, disaat tidak tidak ada --seorangpun-- yg menyapu".
"Aku mencuci peralatan makan yg digunakan Bos, Sekertaris dan karyawan lainnya".
"Dari yg saya lihat/amati/perhatikan jadwal piket hanyalah hiasan pada papan informasi dikantor dan tidak berlaku".
Saking banyaknya keluhan yg muncul didalam kepalanya. Tidak terasa suara azan-pun bergeming, mengacaukan prasangka buruk dalam pikirnya. Ia tertegur.
"Alhamdulillah, terima kasih ya Allah atas rezeki yg telah Kau limpahkan kepada hamba-Mu ini". ucap Arnol dalam hati.
Arnol segera beranjak dan mengambil air wudhu.
2 Oktober.
"Mak, gaji bulan ini udah turun". ungkap Arnol kepada emaknya.
"Alamdulillah, berapa?" tanya emak.
"Belum tahu mak, ini baru aja di SMS sama Sekertaris Bos, semoga aja bonusnya lebih" jawab Arnol kepada emaknya.
3 Oktober.
Esok harinya, Arnol menuju ATM untuk mengecek gaji, dan mengambil uang secukupnya. Setelah melihat saldo di ATM, dia segera membuka kalkulator melalui HP untuk menghitung besar gaji yg dia terima.
Setelah mengetahui besar gaji bulan ke-2, dia merasa --sedikit-- kecewa, karena --kenapa-- gajinya 'PAS' minimal yg telah ditetapkan perusahaan.
Dalam benaknya, dia mulai meragukan yg namanya bonus 'kedisiplinan' dan 'performa' sebesar 10% dari gaju utama.
Sore Hari.
Sepulang dari ATM, dia merenung sejenak didekat masjid menunggu Magrib, sambil menghisap rokok yg dia 'ecer' saat perjalanan pulang.
"Aku berangkat pagi".
"Aku berangkat lebih awal dari --semua-- karyawan disana".
"Membuka kantor di pagi hari".
"Performaku diperusahaan cukup baik, juga ber-tangungjawab pada jabatan yg ku ampu".
"Aku membersihkan kantor. Melakukan piket yg sudah dijadwal".
"Aku menyapu kantor dalam interval 3-5 hari, disaat tidak tidak ada --seorangpun-- yg menyapu".
"Aku mencuci peralatan makan yg digunakan Bos, Sekertaris dan karyawan lainnya".
"Dari yg saya lihat/amati/perhatikan jadwal piket hanyalah hiasan pada papan informasi dikantor dan tidak berlaku".
Saking banyaknya keluhan yg muncul didalam kepalanya. Tidak terasa suara azan-pun bergeming, mengacaukan prasangka buruk dalam pikirnya. Ia tertegur.
"Alhamdulillah, terima kasih ya Allah atas rezeki yg telah Kau limpahkan kepada hamba-Mu ini". ucap Arnol dalam hati.
Arnol segera beranjak dan mengambil air wudhu.
Komentar
Posting Komentar
Komentar ...