Ironi Pekerja Tunggal

Dengan ijasah minimal seorang yang bekerja sebagai programmer tunggal, mendapat tugas untuk membuat sebuah aplikasi skala nasional, dimana ide/desain/konsep/dsb seadanya dari atasan, yang tentunya lebih memiliki ijasah yg tinggi. Tentunya, sebagai kasta Sudra yang berbeda dari atasannya yang merupakan kasta Waisya pemahamannya akan berbeda. Dimana dia memahami suatu hal hanya dengan pengetahuan empiris, sedangkan atasannya dengan rasionalis ditambah filsafat. Sehingga dalam pembuatan aplikasi yang sedang dibuat akan berbeda secara fungsional, walaupun secara implisit akan terlihat sama. Ditambah, atasan hanya mengatakan apa yang ingin dia katakan dan apa yang ingin dia dapatkan, dia tidak peduli apakah orang itu paham atau tidak.
Dengan selalu bertanya, orang itu melakukan tugasnya. Walalupun kadang, atasannya apatis dalam menjawabnya, sehingga dia sering terdiam. Kenapa, karena memikirkan jawaban dari pertanyaannya yg belum terjawab.

Setiap orang itu menyelesaikan salah satu bagian dari aplikasi yg dia kerjakan, orang itu memberi tahu atasannya.
Okelah kalau atasannya tanya "Yang bla-bla-bla sudah ?", lalu dia mengecek aplikasinya lalu memberi tahu apa yang kurang. Tapi ini, atasannya hanya menjawab "oke." lalu kembali ke keduniannya tanpa melihat apa-yang-dia-inginkan-yg-dikerjakan-oleh-orang-itu. Lalu tiba-tiba atasannya-kembali-dari-kedunianya bertanya "Yang bla-bla-bla sudah ?!", padahal bla-bla-bla merupakan salah satu langkah krusial dari bagian aplikasi tersebut, yg awalnya tidak-diberitahukan dan baru ditanyakan. Hal itu membuat orang tersebut terlihat bukan-sebagai-bawahan yang rajin di mata atasannya.

Bulan-bulan berlalu...,

Akhir pembuatan aplikasi sudah mulai terasa. Jikalau bukan seorang programmer yang bertanggung jawab atas apa yg dia kerjakan, pasti aplikasi itu asal-jalan, ya sudah. Jadi.
Tapi tidak, dia meminta atasan-atasan lainnya (yg berada dibawah atasan utama) untuk mencari Bug(s) dalam aplikasi tersebut. Ada salah satu dari atasan-atasan itu yang mencoba memaksa merubah coding yang sudah ada dengan-tanpa memberi tahu si orang-pekerja-programmer, kacau jadinya. Setelah pekerja tahu hal itu, dengan-baik pekerja itu mengatakan kalau koding yg salah-satu-atasan-atasannya buat salah, jadi pekerja itu menghapusnya.
Pekerja itu dalam hati berkata "Kenapa saudari tidak mengatakan kepadaku kalau dikau ingin merubahnya --- hargailah aku sebagai bawahanmu, yg bekerja untukmu. Maka dari itu, suruhlah aku, layaknya seorang bawahan".

Lalu hal yang tidak diinginkan terjadi....,

Yup, perbedaan pemahaman-lah penyebabnya, seperti awal cerita ini. Mereka membuat pekerja itu merubah banyak --baris-- kode yang sudah dia buat. Suatu hal yg sangat disayangkan.


Serta...,

Dalam jangka 2 Hari, atasan-atasan dan atasan merencanakan meng-online-kan aplikasi tersebut, padahal Bug(s) baru saja dibahas dalam rapat. Apakah mereka hendak memaksa pekerja itu melakukan kerja rodi? Pekerja itu hanya bisa tertawa. Mungkinkah atasan-atasan dan atasan berhianat? Entahlah. Tapi itu yang pekerja itu rasakan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

windows 11 remove usb write-protected

Tutorial susah instalasi GeoServer di Windows

Bagian-bagian Browser

nyoblos perdana